Daya Beli Masyarakat Lemah: IKLK dan IKK Turun, Ancaman bagi Ekonomi Indonesia

Faktamanado.id, JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati, menyoroti penurunan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK). Indeks ini dirilis oleh Bank Indonesia (BI) pada 10 September 2025.

Nilai IKLK kini berada di angka 93,2. Angka ini berada di bawah level 100, yang menandakan zona pesimis. Kondisi ini sudah berlangsung sejak Mei 2025.

Anis menilai penurunan ini memiliki dampak serius.

“Penurunan optimisme terhadap lapangan kerja bisa berdampak pada konsumsi rumah tangga,” kata Anis.

Selain IKLK, BI juga melaporkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Agustus 2025, IKK turun menjadi 117,2. Angka ini turun dari 118,1 di bulan Juli.

Meskipun masih di zona optimis karena di atas 100, angka ini merupakan yang terendah sejak September 2022. Ini menjadi sinyal bahaya.

Melemahnya kepercayaan konsumen akan berdampak langsung pada konsumsi masyarakat.

Lemahnya Daya Beli Masyarakat Jadi Ancaman bagi Ekonomi Indonesia

Anis Byarwati menyoroti melemahnya daya beli masyarakat. Jika dibiarkan berlanjut, hal ini akan melemahkan permintaan domestik.

Pada akhirnya, ini akan memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia. Karena itu, ia menekankan perlunya langkah cepat dari Menteri Keuangan yang baru.

Langkah itu diperlukan untuk menggenjot daya beli.

Anis Byarwati, politisi PKS, menilai salah satu kebijakan yang bisa dipertimbangkan adalah kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Usulan ini, kata dia, sudah pernah disampaikan oleh fraksinya dua tahun lalu. Kenaikan PTKP dapat menjadi solusi. Ini penting untuk menjaga daya beli.

Selain itu, juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Jika konsumsi meningkat, maka investasi pun akan bergerak,” tegasnya.

Kenaikan PTKP akan memberikan lebih banyak uang yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat. Hal ini akan memicu roda perekonomian kembali berputar.

(*Drw)